Senin, 24 Desember 2012

Perjalananku Menuntut Ilmu


Perjalananku Menuntut Ilmu
1. TK LKMD Cangkrep Lor, Purworejo
2. SD N 2 Cangkrep Lor, Purworejo
3. SMP N 2 Purworejo

http://www.smpn2purworejo.sch.id




4. TKs PPMI Assalaam
5. MA PPMI Assalaam











6. Institut Pertanian Bogor





Selasa, 21 Agustus 2012

Bersama di Asrama, Menjalin Ukhuwah, Menempa Diri Bersama



Asrama identik dengan penjara. Larangan ini itu. Dan berbagai peraturan lainnya. Namun, anggapan tersebut tidak selalu benar. Asrama juga berarti bersama. Asrama juga berarti berbagi. Asrama juga berarti mengerti. Banyak hal. Awal masuk asrama adalah fase-fase terberat seorang anak berpisah dengan orang tua maupun keluarganya. Fase terberat pula bagi orang tuanya. Seminggu dua minggu, makan rasanya tidak enak. Tidur tidak nyenyak. Selalu terbayang rumah dan daerah asal. Namun, seiring berjalannya waktu dan insting manusia untuk selalu beradaptasi, maka asrama pun menjadi rumah kedua yang tak ingin ditinggalkan. Saudara-saudara dari berbagai daerah bahkan dari berbagai negara dan berbagai agama. Bersama berkeluh kesah. Bersama menggapai mimpi. Bersama berbagi suka maupun duka. Momen-momen yang tak kan pernah terlupakan.

Sungguh benar sekolah-sekolah maupun universitas-universitas yang mewajibkan siswa-siswinya untuk tinggal di asrama. Mereka tahu benar pentingnya asrama untuk mendidik generasi bangsa yang multikultural ini. Mereka mempersiapkan putra-putri bangsa ini, Indonesia, menjadi pemimpin bangsa yang bersuku-suku. Tak mudah menghadapi perbedaan. Tak mudah menghadapi keberagaman. Namun, dengan latihan, salah satunya tinggal di asrama, semuanya akan menjadi mudah. Mencetak pemimpin-pemimpin bangsa yang adil dan amanah pun bukanlah hal yang sulit lagi.

Sekolah-sekolah maupun universitas-universitas yang mewajibkan asrama bagi siswa-siswinya, pasti sudah menyiapkan pendidikan multibudaya. Acara-acara untuk saling mengenal antar daerah bahkan antar negara menjadi momen yang ditunggu-tunggu. Belajar budaya tanpa harus mengunjungi daerahnya langsung. Ada banyak keuntungan. Ada banyak pelajaran.

“ Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa- bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Al Hujurat:13)

Tampak jelas mengapa diciptakan manusia dengan berbagai macam perbedaan. Diciptakan pula satu bangsa berbeda dengan bangsa lain. Satu suku berbeda dengan suku lain. Agar saling mengenal. Saling bekerja sama untuk menata bumi dan isinya. Bukan saling bermusuhan. Bukan pula saling menaklukan. Dan semua hal itu dapat diperoleh di asrama. Hidup bersama dalam perbedaan. Menjalin ukhuwah dan merajut mimpi bersama.

Apabila ada yang berkata susahnya hidup di asrama, itu karena dia belum pernah mencobanya. Atau mungkin egonya yang tinggi membuatnya sulit tinggal bersama. Semua kesulitan hidup di asrama akan menjadi cerita indah sepanjang hayat. Bahkan komunikasi di asrama merupakan salah satu cara membangun networking. Dan pelajaran hidup di asrama menjadi acuan memecahkan masalah yang lebih besar di masyarakat. Tak ada kata rugi tinggal di asrama. Bersama di asrama, menjalin ukhuwah, menempa diri bersama.

TYAS ARUMSARI-AGH 49-IPB

Jumat, 20 Juli 2012

Jabatan dan Amanah



Leadership. Satu kata yang sangat familiar di telinga kita. Banyak sekali pelatihan-pelatihan yang diadakan untuk mencetak leader. Pemimpin. Jika disebut satu kata “pemimpin”, pasti yang ada dalam benak kita adalah presiden, direktur, bupati, dan sederet orang-orang penting lainnya. 


 Dari Ibn Umar r.a. Sesungguhnya Rasulullah Saw. Berkata :”Setiap kalian adalah pemimpin, yang akan dimintai pertanggungjawaban. Penguasa adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Suami adalah pemimpin keluarganya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin di rumah suaminya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Pelayan adalah pemimpin dalam mengelola harta tuannya, dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Oleh karena itu, setiap  kalian sebagai pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.“(Mutafaqun ‘alaih)

Presiden, direktur, bupati memang pemimpin. Pemimpin yang tampak di masyarakat. Padahal setiap kita adalah pemimpin bagi diri kita sendiri sebagaimana hadits Rasulullah di atas. Dan pasti pertanggungjawabannya akan diminta baik di dunia maupun di akhirat. Jadi, yang namanya pemimpin bukanlah suatu hal yang mudah dijalani. Namun, harus dilaksanakan sebaik mungkin tanpa menghilangkan hak orang lain.

Seorang pemimpin memiliki kemampuan sedikit lebih dibandingkan orang lain. Kemampuan mengorganisir. Sebelum menjadi seorang bupati, misalnya, harus mampu mengatur dirinya sendiri. Karena menjadi pemimpin berarti membagi waktunya untuk orang lain. Namun, seorang pemimpin yang adil mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah Azza wa Jalla. Bahkan mendapatkan naungan di hari yang tidak ada naungan selain naungan Allah.

Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi Saw., beliau bersabda : “Ada tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu : Pemimpin yang adil, pemuda yang senantiasa beribadah kepada Allah Ta’ala, seseorang yang hatinya senantiasa digantungkan (dipertautkan) dengan masjid, dua orang saling mencintai karena Allah  yang keduanya berkumpul dan berpisah karena-Nya. Seorang laki-laki yang ketika diajak (dirayu) oleh seorang wanita bangsawan yang cantik lalu ia menjawab :”Sesungguhnya saya takut kepada Allah. Seorang yang mengeluarkan sedekah sedang ia merahasiakannya, sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya dan seseorang yang mengingat Allah di tempat yang sepi sampai meneteskan air mata.”(H.R. Bukhari dan Muslim).

Namun, ketika kita melihat pemimpin zaman sekarang yang begitu berambisi memegang jabatan tanpa menunjukkan aksi yang nyata, miris. Koar-koar kampanye dengan berjuta program yang tampak meyakinkan. Namun, ketika terpilih, sibuk menumpuk harta untuk mengembalikan uang kampanye. Pura-pura lupa atau bahkan sengaja melupakan janji-janji kampanye. Masya Allah. Mau jadi apa dunia ini kalau pemimpin-pemimpinnya sibuk mengurusi perutnya sendiri. Hak-hak rakyatnya tidak dipenuhi. Sungguh celaka pemimpin yang seperti ini.

Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Itu sangat dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (Ash Shaf:2-3)

Terus  pemimpin yang ideal itu yang seperti apa? Seperti Rasulullah saw. Memberikan teladan. Bukan hanya perkataan. Dekat dengan rakyat tapi tetap memegang prinsip-prinsip kebenaran. Adil tanpa kolusi apalagi nepotisme. Santun dan bersahaja. Bahkan beliau sendiri memimpin beberapa perang besar. Ikut merasakan luka-luka sabetan pedang. Perut beliau pun jarang merasakan makanan enak. Hanya roti gandum kasar. Namun, kesejahteraan rakyat tetap nomer satu. Hak-hak rakyat selalu dipenuhi. Bahkan Umar bin Khattab tak pernah tidur sebelum memenuhi hak-hak rakyatnya. Makan setelah semua rakyatnya kenyang. Namun, selama pemerintahannya mampu membangun sarana-sarana untuk umum,  seperti kantor pos dan baitul mal. Dan tetap bersahaja. Tidur di bawah pohon kurma. Bahkan pakaian pun penuh tambalan. Adakah pemimppin masa kini yang mendekati sikap beliau-beliau di atas? Betapa dunia akan tentram jikalau semua pemimpin dunia layaknya pemimpin-pemimpin Islam tersebut? Semoga saja beberapa tahun ke depan akan bermunculan pemimpin ideal yang tak pernah bisa tidur nyenyak sebelum semua hak rakyatnya terpenuhi. Dan semoga rakyatnya mampu menentukan pemimpin-pemimpin yang adil dan amanah.